0334-392049
Jalan Mayjend Soekertyo – Sumbersari
blog-img
09/07/2025

“MEWUJUDKAN SEKOLAH BERTUMBUH” UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN SMK NEGERI ROWOKANGKUNG

Humas SMKN Rowokangkung | Informasi

SMK Negeri Rowokangkung, didirikan dengan tanggung jawab mengembangkan kompetensi keahlian dan karakter peserta didik yang relevan dengan tuntutan dunia kerja serta selaras dengan nilai-nilai pancasila. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan ditujukan untuk menghasilkan lulusan yang dipersiapkan untuk bekerja dalam bidang yang dikuasainya. Sekolah kejuruan harus dapat membekali lulusannya dengan keterampilan teknis yang sesuai dengan program keahliannya.  Selain itu, penanaman nilai-nilai Pancasila seyogyanya diintegrasikan dalam kegiatan sekolah, membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia, cinta tanah air, dan memiliki semangat gotong royong. Tujuan akhirnya adalah menciptakan lulusan yang siap berkontribusi pada pembangunan daerah dan nasional, baik melalui jalur pekerjaan formal, berwirausaha, maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, SMK Negeri Rowokangkung terus berbenah diri dengan mengadopsi prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat pada murid dan relevan dengan dunia kerja. Pembelajaran diupayakan untuk tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga melibatkan praktik langsung. Para pendidik di SMK Negeri Rowokangkung didorong untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, aktif mengikuti pengembangan diri, serta membangun kolaborasi baik dengan sesama guru maupun dengan pihak industri. Hal ini bertujuan agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan terkini yang dapat ditransfer kepada siswa.

Berdasarkan data Rapor Pendidikan SMK Negeri Rowokangkung tahun 2025, terdapat beberapa kondisi yang masih perlu diperbaiki. Nilai terendah tercatat pada indikator keselarasan lulusan yakni 29,81%. Hal ini menunjukkan persentase lulusan SMK yang memperoleh pekerjaan pada bidang selaras dengan latar belakang bidang keahliannya masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor langsungnya diantaranya sedikitnya lowongan kerja di wilayah lumajang yang sesuai dengan kompetensi keahlian, adapun yang sesuai ada di luar kota sementara lulusan tidak memiliki mental kuat untuk merantau. Selain itu, lulusan mengisi lowongan kerja informal dan merintis wirausaha sehingga terekam tidak selaras pada tracer study. Faktor tidak langsungnya diantaranya rendahnya kualitas pembelajaran. Nilai pada indikator ini adalah yaitu 58% dengan status sedang. Indikator ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran terkait dengan suasana kelas yang kondusif dan dukungan afektif serta aktivasi kognitif dari guru masih perlu untuk ditingkatkan. 

Pada rapor pendidikan SMKN Rowokangkung tertulis rekomendasi program untuk dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas lulusan. Terdapat tiga program prioritas yang direkomendasikan, pertama melaksanakan praktik pembelajaran interaktif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Kedua, Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru dalam bentuk aktivitas belajar guru dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar. Ketiga, melaksanakan pembelajaran Teaching Factory (TEFA) melalui penyelarasan kurikulum untuk memproduksi barang/jasa.

Berdasarkan uraian tersebut, Kepala sekolah terdorong mencanangkan program “Mewujudkan Sekolah bertumbuh” untuk meningkatkan kualitas Lulusan SMK Negeri Rowokangkung secara holistik. Terdapat empat indikator keberhasilan dalam melaksanakan program “Mewujudkan Sekolah Bertumbuh”. Pertama, memiliki tujuan yang disepakati bersama warga sekolah. Tujuan bersama tersebut memiliki target-target spesifik yang terukur,  juga memperhatikan Visi-Misi sekolah yang sudah dicanangkan. Kedua, warganya selalu belajar. Hal ini diwujudkan dengan program peningkatan literasi serta refleksi diri, baik guru maupun siswa. Ketiga, mengutamakan kolaborasi. Warga sekolah aktif membangun komunikasi dan kerjasama dengan industri lokal dan pemerintah daerah. Keempat, adanya perubahan lebih baik setiap harinya, terwujud melalui mekanisme evaluasi diri sekolah yang rutin, analisis data kinerja siswa dan guru, serta tindak lanjut berupa inovasi yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan layanan. ”Mewujudkan Sekolah bertumbuh” menjadi landasan operasional bagi SMK Negeri Rowokangkung untuk meningkatkan kualitas Lulusan secara holistik.

Pembiasaan Disiplin 30 Menit

Siswa-siswi SMK Negeri Rowokangkung berasal dari daerah kecamatan Rowokangkung, Yosowilangun, Jatiroto kabupaten Lumajang dan Jombang kabupaten Jember. Profil orang tua siswa mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Secara garis besar berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini juga mempengaruhi profil dan karakter siswa SMK Negeri Rowokangkung. Siswa-siswi cenderung berpenampilan santai dan apa adanya. Gairah untuk berprestasi dan bersaing kurang begitu muncul pada mereka. 

Siswa-siswi SMK Negeri Rowokangkung perlu mendapatkan wawasan  melihat perkembangan dunia yang sangat cepat. Mereka juga perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar proyek secara lebih konkret. Peningkatan soft skill, kepercayaan diri dan ketangguhan mental juga perlu dibangun. Sehingga, terbentuk siswa dengan minat belajar tinggi, memiliki ketangguhan mental dan kompetensi yang memadai. 

Adapun program aksi “mewujudkan sekolah bertumbuh” untuk menjawab tantangan tersebut adalah “Pembiasaan disiplin 30 menit” di awal pembelajaran. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK Negeri Rowokangkung baik fisik, mental dan pengetahuan sehingga saat lulus siap bekerja sesuai dengan keahliannya. Setiap hari dialokasikan waktu khusus selama 30 menit pada awal pembelajaran pukul 06.50-7.20. Siswa melaksanakan berbagai aktivitas, misalnya apel pagi, membaca asmaul husna, literasi, senam, dan sholat dhuha dengan jadwal secara teratur dan bergiliran untuk membentuk mental dan karakter siswa. 

Pembiasaan disiplin 30 menit adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMK Negeri Rowokangkung. Pembiasaan ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari Senin karena digunakan untuk melaksanakan upacara bendera. Inisiator kegiatan ini Tim Kesiswaan SMK Negeri Rowokangkung. Tim Kesiswaan menilai bahwa karakter dan kedisiplinan siswa perlu ditingkatkan melalui pembiasaan yang rutin. Karena itu, tim kesiswaan merancang kegiatan yang memadukan kegiatan kedisiplinan berupa apel pagi, dan kegiatan penumbuhan karakter cinta tanah air melalui hormat bendera, pembacaan pancasila dan menyanyikan lagu kebangsaan. Kegiatan pembiasaan juga diisi dengan pembacaan Asmaul Husna dan doa pagi untuk memperkuat asupan rohani siswa. Kemudian khusus hari Rabu, ditambah dengan kegiatan literasi, dimana setiap siswa wajib membaca buku dan menuliskan rangkumannya dalam sebuah jurnal literasi.

Kegiatan ini berlangsung sejak bulan Desember 2024 sampai saat ini. Prosedur operasionalnya berjalan sebagai berikut:

  1. Pukul 06.35-06.50 guru piket menyambut kedatangan siswa di halaman sekolah dengan bersalaman.

  2. Pukul 06.45-06.50 petugas OSIS menyiapkan alat kegiatan apel dan pengeras suara .

  3. 06.50-07.00 petugas dari OSIS menyiapkan barisan seluruh siswa di lapangan upacara, guru piket mendampingi persiapan barisan.

  4. 07.00-07.10 kegiatan apel dipimpin oleh petugas OSIS dan pembinanya adalah guru piket.

  5. 07.10-07.30 siswa melaksanakan pembiasaan sesuai jadwal. 

Berikut ini ditampilkan dokumentasi kegiatan pembiasaan disiplin 30 menit

(Gambar guru piket menyambut kehadiran siswa)

(Gambar Petugas OSIS menyiapkan barisan)

(Gambar Kegiatan apel dibina oleh salah satu petugas piket)

(Gambar Kegiatan pembacaan asmaul husna)

(Gambar Kegiatan sholat dhuha berjamaah)

(Gambar Kegiatan literasi, siswa membaca bahan bacaan didampingi Guru)

Refleksi Pembiasaan Disiplin 30 Menit

Indikator sekolah bertumbuh yang pertama adalah organisasi memiliki tujuan bersama. Dalam hal pembiasaan disiplin 30 menit, tujuan bersama yang dibangun adalah peserta didik memiliki karakter soft skill berupa disiplin diri dan tanggung jawab. Tujuan bersama ini tampak dengan keterlibatan warga sekolah dalam pelaksanaan program. Guru piket, mendampingi siswa dan melaksanakan perannya meskipun tidak mendapatkan imbalan secara material. Guru merasa senang, karena pembiasaan disiplin ini membentuk siswa lebih tenang di kelas. Siswa juga lebih menghormati guru dan mudah melaksanakan instruksi yang diberikan. Di samping itu, terdapat respon positif dari wali murid, bahwa anaknya sekarang lebih disiplin terhadap waktu dan lebih bertanggung jawab.

Kegiatan pembiasaan disiplin 30 menit ini merupakan bentuk kolaborasi dari beberapa pihak. Tim kurikulum menyiapkan waktu 30 menit sebelum pembelajaran, sehingga perlu mengatur ulang jadwal KBM. Tim kesiswaan menyiapkan prosedur operasional pembiasaan disiplin serta melatih pengurus OSIS untuk secara aktif menyiapkan peralatan dan pasukan. Sementara tim tata usaha menyiapkan daftar petugas piket guru yang bertugas mendampingi siswa setiap hari. Sedangkan peran guru adalah mendampingi siswa dalam kegiatan pembiasaan mulai dari penyambutan siswa sampai kegiatan berakhir. Bahwa kegiatan ini sudah berlangsung selama lima bulan, menunjukkan kerjasama dan kolaborasi berbagai pihak sudah berjalan dengan baik.

Pembiasaan disiplin 30 menit juga menuntut warga sekolah untuk selalu belajar. Awalnya, petugas yang menyiapkan barisan siswa adalah Guru dari tim kesiswaan. Hal ini dilakukan untuk memaksa siswa agar terbiasa. Setelah 2 bulan berjalan, pengaturan barisan kemudian diserahkan kepada petugas OSIS. Siswa yang terbiasa melaksanakan kegiatan apel dapat menyiapkan barisan meskipun diatur oleh rekannya sendiri. 

Bentuk belajar yang kedua adalah efektifnya waktu. Awalnya kegiatan ini membutuhkan persiapan barisan lebih dari 15 menit. Namun, saat ini barisan sudah terbentuk kurang dari 5 menit. Hal ini juga menunjukkan indikator sekolah bertumbuh yang ke-4 yaitu adanya perubahan yang lebih baik setiap harinya. Siswa berubah lebih baik dengan hadir tepat waktu dan segera membentuk barisan saat pelaksanaan apel. Guru berupaya menjadi lebih baik dengan berusaha hadir disekolah lebih dulu dibanding siswanya.

Sementara hal-hal yang perlu diperbaiki pada program pembiasaan disiplin 30 menit adalah kegiatan literasi. Saat ini, kebiasaan membaca dilakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Gairah siswa dalam membaca masih belum muncul. Evaluasi mendalam perlu dilakukan agar kegiatan literasi memberikan dampak yang nyata. Guru pendamping literasi memberikan masukan agar kegiatan ini berjalan lebih efektif, yaitu mewajibkan siswa untuk memiliki buku bacaan secara pribadi, baik cetak maupun digital. Siswa wajib membaca sampai tuntas bukunya dan dilaporkan dalam jurnal literasi. Sehingga siswa fokus pada satu bahan bacaan, dibaca sampai dengan tuntas. Pada akhirnya diharapkan siswa memiliki bahan bacaan favorit dan kemampuan literasinya meningkat.

 

Kreator: AHMAD FATHONI ABAS, S.Si, M.Pd.

Bagikan Ke:

Kategori

Populer